photo ALLiS Potography hp _ 081 327 279 963  19_zps8mnzdire.jpg

Pendidikan yang sejati akan melahirkan harapan baru

Melaksanakan tata tertib sekolah dalam rangka mengoptimalkan kedisiplinan.

 photo IMG_9386_zpszunisr0b.jpg

Pendidikan bukanlah persiapan untuk hidup, ia adalah hidup itu sendiri

Data bukanlah informasi, informasi bukanlah pengetahuan, pengetahuan bukanlah pemahaman, dan pemahaman bukanlah kebijaksanaan.

Pendidikan yang baik adalah nama lain yang digunakan untuk mengungkapkan kebahagiaan

Pendidikan adalah bagaimanaa kita bertahan ketika kita lupa terhadap apa yang telah kita pelajari.

 photo IMG_20150831_125452_HDR - Copy_zpsilfnbns9.jpg

Jadikan buku adalah sahabat karibmu karena ia akan membimbingmu kearah kebaikan

Jika anda merasa berilmu, tapi belum mampu mengubah kualitas hidup anda di berbagai sisi, maka sebenarnya anda masih belum berilmu.

 photo Osis - Copy_zpszy553bpa.jpg

Terwujudnya Peserta Didik yang Disiplin, Berprestasi, Menguasai Teknologi, Beriman dan Bertaqwa, Berwawasan Lingkungan, dan Berkarakter Kebangsaan

Menanamkan semangat nasionalisme dan cinta tanah air yang terintegrasi dalam pembelajaran dan kegiatan pengembangan diri.

Rabu, 14 September 2016

Ekstra Kurikuler

Kegiatan Ekstra Kulikuler Memasuki bulan Agustus 2016 kegiatan ekstra kulikuler SMP N 1 Kalikajar mulai di laksanakan kegiatan ini bertujan untuk menggali dan menyalurkan bakat peserta didik sehingga mampu mengembangkan potensi diri yang akhirnya dapat meraih prestasi diri peserta didik. 1.PRAMUKA
2. PMR 3. OSN 4. SENI 5. BTQ 6. BOLA BOLY 7. BULU TANGKIS 8. SENI MUSIK 9. BAHASA INGGRIS

Lomba Rumpun Bahasa

Lomba Rumpun Bahasa Diadakan oleh Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Wonosobo pada tanggal 30 Agustus 2016 bertempat di RM. Sari Rasa Wonosobo. SMP N 1 Kalikajar mengirimkan peserta masing masing Andini Vici untuk cabang Geguritan Jawa Pidato Bahasa Inggris oleh Putri Yuliana dan Pidato Bahasa Indonesia oleh Junda Muarifa.

Peringatan HUT RI

Peringatan HUT RI Dalam rangka peringatan HUT RI ke 71 SMP N 1 Kalikajar mengadakan bebagai macam kegiatan baik yang diselenggarakan sendiri maupun yang berupa partisipasi pada kegiatan tingkat Kecamatan Kalikajar. Berikut ini adalah kegiatannya : 1. Upacara Bendera Detik-Detik Proklamasi dan Upacara Penurunan Bendera 2. Lomba Lomba Lomba Tumpeng Lomba Permainan 3. Lomba kebersihan antar Kelas 4. Gerak Jalan Pelajar Tingkat Kecamatan 5. Jalan Santai Tingkat Kecamatan

Jambore Ranting Kalikajar

Jambore Ranting Kalikajar Agenda 2 Tahunan ini berlangsung mulai hari Jumat sd Minggu 12 Agustus sd 14 Agustus 2016. Gudep 99/100 SMP N 1 Kalikajar mengirimkan 2 regu yaitu regu putra dan regu putri. Pada kegiatan tersebut meraih juara 2

Gerak Jalan Pelajar Tingkat Kabupaten

Gerak Jalan Pelajar Tingkat Kabupaten Dalam rangka memeriahkan HUT RI ke 71 Tingkat Kabupaten Wonosobo Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olaha Raga Mengadakan Lomba Gerak Jalan Palajar. Baik SD SMP maupun SMA SMK. Pada kegiatan tersebut SMP N 1 Kalikajar mengirimkan 2 regu yaitu 1 regu putra dan 1 regu putri.

Festival Merdeka Wonosobo

Pada kesempatan HUT Wonosobo yang ke-191 ini untuk pertama kalinya akan diadakan kegiatan bertajuk Festival Merdeka untuk kemanusian dan Wonosobo berkelanjutan. Festival Merdeka terdiri dari serangkaian acara bertema besar HAM, yang diterapkan di berbagai bidang seperti pendidikan, ekonomi, kreativitas, hiburan, agama, dan sosial.
Dalam rangka peringatan HUT Wonosobo KE 191 dan HUT RI ke 71 Pemkab Wonosobo mengadakan berbagai kegiatan SMP N 1 Kalikajar bepartisipasi dalam kegiatan terseut yang meliputi pengiriman peserta Lomba Lukis Wonosobo Impian oleh Baim Fahreza kels VIII berhasil meraih Juara 1 Tingkat Umum. Lomba ini ditujukan untuk merangsang peserta menggambarkan Wonosobo impian versi mereka. Selain itu, lomba juga bertujuan menanamkan sejak dini nilai-nilai tentang kemanusiaan, prinsip berkelanjutan pada aspek yang paling sederhana, seperti menghormati hak orang lain, serta peduli terhadap kebersihan lingkungan. Tanggal Pelaksanaan : Jumat, 12 Agustus 2016, pukul 08.00 – 11.00 Selain itu juga diikuti oleh Kepala Sekolah Widada, S.Pd MM.Pd pada diskusi panel Sekolah Inklusi Wonosobo di Gedung Sasana Adipura Kencana.Sekolah inklusi adalah wujud layanan pendidikan khusus, yang memungkinkan anak/siswa berkebutuhan khusus tetap bisa mendapatkan pendidikan. Seiring perkembangan pendidikan, sekolah inklusi merupakan salah satu kebutuhan. Dalam konteks implementasi Wonosobo Ramah HAM, sekolah inklusi ini juga penting untuk menegakkan prinsip pendidikan untuk semua (education for all) dan memberi contoh bagaimana prinsip keadilan dan pemenuha HAM bisa dilakukan. Tanggal Pelaksanaan : Jumat, 12 Agustus 2016, pukul 08.00 – 11.00

Rabu, 03 Agustus 2016

LAPORAN KEGIATAN BULAN JULI 2016

Di awal Tahun Pelajaran 2016/2017 SMP N 1 Kalikajar sudah memulai kegiatan dengan berbagai macam kegiatan. Berikut ini adalah kegiatan Selama bulan Juli 2016 : 

1. PENDAFTARAN PESERTA DIDIK BARU
    Diawali dengan Pendaftaran Peserta Didik Baru. SMP N 1 Kalikajar pad Tahun Pelajaran 2016/2017 ini termasuk dari 7 SMP sekolahan di Kabupaten Wonosobo yang menyelenggarakan PPDB Online.






2. PEMBAGIAN ZAKAT FITRAH
Untuk melatih sikap spiritual dan sosial di kalangan peserta didik SMP N 1 Kalikajar melalui OSIS sekbid Kerohanian Islam mengumpulkan zakat fitrah dari para peserta didik dan kemudian ditasyarufkan kepada fakir miskin di sekitar lingkungan sekolah.

                                        


3. BAZAR PAKAIAN PANTAS PAKAI
Memanfaatkan



4. MASA PENGENALAN LINGKUNGAN SEKOLAH
Peserta Didik Baru yang diterima di SMP N 1 Kalikajar menalan mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah dengan materi : Menggali Potensi Diri, Pengenalan Lingkungan Sekolah, Motivasi Belajar, Karakter dan Perilaku Positif Siswa, Tata Upacara, Pengenalan Organisasi OSIS, Pengenalan Perpustakaan, Ibadah.

                                     

                                    








5. MATRIKULASI SISWA KELAS 7
Untuk mendapatkan nilai kemampuan awal peserta didik baru diselenggarakan Tes Kemampuan Awal atau Matrikulasi









6. PENDAMPINGAN SIKUPU SMP N 1 KALIKAJAR


7. MONEV SISTEMATISASI SEKOLAH



Adapun Rincian Anggaran yang digunakan untuk kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :


No Nama Kegiatan Anggaran Kegiatan Sumber Anggaran
1 Penerimaan Peserta Didik Baru Rp BOS
2 Zakat Fitrah Rp BOS
3 Rp BOS
4 Rp BOS
5 Rp BOS
Jumlah Rp

Rabu, 27 Juli 2016

Surat Anis Baswedan untuk Guru

 Langkah Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan terhenti. Hasil reshuffle kabinet yang dilakukan Presiden Jokowi menyingkirkannya dari kursi menteri, digantikan Muhadjir Effendy.
Sebelum menyerahkan jabatannya, Anies menulis sepucuk surat yang ditujukan kepada para guru di Indonesia.
"Saya pamit kepada guru, kepada tenaga pendidikan, kepada kepala sekolah, karena selama ini pun saya sering berkomunikasi langsung dengan mereka, jadi saya pamit," ujar Anies di kantornya, Jakarta, Rabu (27/7/2016).
Berikut isi lengkap surat Anies Baswedan untuk para guru yang ditandatangani Anies dan diberi stempel Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia bersimbol Burung Garuda:
Kepada Yth,
Ibu/Bapak Guru, Kepala, dan Tenaga Kependidikan
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Selama 20 bulan ini saya mendapatkan kehormatan menjalankan sebuah amanah konstitusi dan amanah dari Allah SWT untuk turut mencerdaskan kehidupan bangsa lewat jalur pemerintahan.
Hari ini saya mengakhiri masa tugas di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tugas ini telah dicukupkan.
Saya ucapkan terima kasih dan apresiasi pada Presiden Jokowi yang telah memberikan kehormatan ini. Tugas besar ini mendasar karena pendidikan dan kebudayaan menyangkut masa depan kita, masa depan bangsa tercinta.
Sejak bertugas di Kemendikbud, saya meneruskan kebiasaan berkeliling ke penjuru Indonesia, ke sudut-sudut Nusantara, berbincang langsung dengan ribuan guru dan tenaga kependidikan.
Saya menemukan mutiara-mutiara berkilauan di sudut-sudut tersulit Republik ini.
Dinding kelas bisa reyot dan rapuh, tapi semangat guru, siswa dan orangtua tegak kokoh. Dalam kesederhanaan fasilitas, sebuah PR besar pemerintah, saya melihat gelora keceriaan belajar yang luar biasa.
Ibu dan Bapak yang amat saya hormati, kami sebangsa menitipkan persiapan masa depan Republik ini. Di sekolah tampak hadir bukan saja wajah anak-anak, tapi juga wajah masa depan Indonesia.
Teruslah songsong anak-anak itu dengan hati dan sepenuh hati, izinkan mereka menyambut dengan hati pula. Jadikan pagi belajar pagi yang cerah. Sesungguhnya bukan matahari yang menjadikan cerah, tapi mata hati tiap anak, tiap guru yang menjadikannya cerah.
Di hari terakhir saya bertugas di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, izinkan saya menyampaikan harapan kepada Ibu dan Bapak semua. Harapan agar perubahan dalam pendidikan terus menuju ke arah yang lebih baik.
Mari kita teguhkan komitmen untuk menjadikan sekolah sebagai taman yang penuh tantangan dan menyenangkan bagi semua warga sekolah.
Mari kita pastikan bahwa sekolah menjadi tempat di mana anak-anak kita tumbuh dan berkembang sesuai kodratnya. Mari kita pastikan bahwa sekolah menjadi tempat di mana anak-anak kita tumbuh dan berkembang sesuai kodratnya, memenuhi potensi unik untuk dirinya.
Mari kita jadikan sekolah sebagai sumur amal yang darinya akan mengalir pahala tanpa henti bagi Ibu dan Bapak semua.
Ibu dan Bapak, teruslah bergandengan erat dengan orangtua, bersama-sama menuntun anak-anak meraih masa depannya, menjawab tantangan zamannya, melampaui cita-citanya.
Saya titipkan kepada Ibu dan Bapak Guru berbagai perubahan yang telah kita mulai bersama, baik dalam bentuk peraturan-peraturan baru yang mendorong ekosistem sekolah menyenangkan dan bebas dari kekerasan, maupun melalui pembiasaan dan praktik, baik di sekolah.
Ibu dan Bapak yang saya banggakan, menteri boleh berganti, tapi ikhtiar kita semua dalam mendidik anak-anak bangsa tak boleh terhenti. Masih banyak pekerjaan rumah pemerintah yang harus ditunaikan bagi guru dan tenaga pendidikan, saya percaya itu semua akan dituntaskan.
Mari kita lanjutkan perjuangan, beri dukungan pada komitmen pemerintah dalam membangun sekolah menyenangkan, serta jaga stamina raga, rasa dan cipta Ibu dan Bapak semua. Izinkan saya pamit sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, teriring rasa terima kasih, juga permohonan maaf tak hingga atas segala khilaf yang ada.
Salam hormat saya untuk Ibu dan Bapak semua. Mari kita teruskan ikhtiar mencerdaskan kehidupan bangsa ini.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Jakarta, 27 Juli 2016
Anies Baswedan

Kamis, 21 Juli 2016

Gerakan Literasi Sekolah



Anda mungkin  terkejut membaca sebuah laporan penelitian yang menempatkan Indonesia pada posisi 60 dari 61 negara. Indonesia hanya setingkat lebih tinggi dari Botswana, sebuah negara miskin di Afrika. Penelitian di bidang literasi yang dilakukan oleh  Central Connecticut State University di New Britain, Conn, Amerika Serikat, menempatkan lima negara pada posisi terbaik yaitu Finlandia, Norwegia, Islandia, Denmark, dan Swedia (The Jakarta Post, 12 Maret 2016). Hasil penelitian di atas menunjukkan betapa lemahnya budaya literasi dalam masyarakat Indonesia. Bangsa kita masih mengandalakan apa yang  dilhat dan didengar dalam berpikir, bersikap, dan bertindak. Berdasarkan sensus Badan Pusat Statistik (BPS), seperti ditulis selasar.com 29-5-2015,  pada tahun 2006 menunjukkan 85,9 persen masyarakat memilih menonton televisi daripada mendengarkan radio (40,3 persen) dan membaca koran (23,5 persen). Kita belum terbiasa melakukan sesuatu berdasarkan pemahaman dari membaca. Kita belum dapat mengaktualisasikan diri melalui tulisan. Membaca dan menulis  belum mengakar kuat dalam budaya bangsa kita. Masyarakat lebih sering menonton atau mendengar dibandingkan membaca apalagi menulis. Kondisi di atas tidak hanya pada kalangan awam (masyarakat umum), lingkungan terpelajar atau dunia pendidikan pun masih jauh dari apa yang disebut budaya literasi. Peserta didik belum tertanam kecintaan membaca. Bahkan guru dan dosen, tak sedikit dari mereka yang juga sama keadaanya. Itu bisa dibuktikan dengan  minimnya jumlah buku yang dimiliki mereka. Perpustakaan sekolah yang tak terawat dapat menjadi saksi bisu betapa civitas akademika itu jauh dari  budaya literasi.  Sebab itu, di awal tahun pelajaran 2015-2016 yang lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan  telah mengeluarkan peraturan menteri (Permen), yang mewajibkan para siswa membaca buku 10 menit sebelum jam belajar dimulai. Taufiq Ismail pernah melakukan penelitian. Pada tahun 1996 menemukan perbandingan tentang budaya baca di kalangan pelajar, rata-rata lulusan SMA di Jerman membaca 32 judul buku, di Belanda 30 buku, Rusia 12 buku, Jepang 15 buku, Singapura 6 buku, Malaysia 6 buku, Brunei 7 Buku, sedangkan Indonesia 0 buku. Ini tentu memperhatinkan. Apa budaya litersai itu?  Budaya  seperti disebutkan wikipedia.org diartikan sebagai sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan literasi dalam Kamus besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan tulis-menulis. Dalam konteks kekinian, literasi atau literer memiliki definisi dan makna yang sangat luas. Literasi bisa berarti melek teknologi, politik, berpikiran kritis dan peka terhadap lingkungan sekitar. Maka secara sederhana, budaya literasi dapat didefinisikan sebagai kemampuan menulis dan membaca masyarakat dalam suatu Negara. Latar belakang Kenapa kita belum terbiasa membaca menulis? Secara umum, berikut yang melatarbelakangi. Latar belakang ini dipahami sebagai sebuah kondisi yang ada dalam masyarakat. Pertama, kesadaran yang sangat rendah  tentang pentingnya membaca. Mereka beranggapan membaca hanya menghabiskan waktu. Membaca tak mendatangkan manfaat atau keuntungan. Lebih baik bekerja, jelas menghasilkan uang. Padahal bekerja apa pun membutuhkan bacaan. Bacaan yang terkait dengan pekerjaan tentunya. Keyakinan seperti itu juga ada di kalangan sebagian pelajar. Mereka membaca hanya saat jelang ujian. Sebab itu bermanfaat untuk mendapat nilai baik dari guru. Mereka tak mau membaca untuk kepentingan yang lain.   Kedua, harga buku mahal, minim perpustakaan. Harga buku yang sangat mahal membuat tak banyak orang mampu membeli buku. Lebih dari itu, membeli buku tidak dianggap sebagai kebutuhan. Apalagi bila hal itu dibandingkan dengan kebutuhan pokok. Jelas, buku akan dikesampingkan. Membeli buku hanya saat kuliah, itu pun tidak semua mahasiswa melakukannya. Hanya sebagian kecil, mereka yang mampu dan gemar membaca. Kalau untuk siswa (Pelajar SD, SLTP,SLTA), mereka hanya mengandal buku paket. Perpustakaan juga sedikit. Setiap kabupaten/kota hanya satu perpustakaan daerah. Tidak semua sekolah memiliki. Perpustakaan yang ada tidak terkelola secara baik. Stok buku terbatas, membuat perpustakaan sepi pengunjung. Ketiga, penghargaan sangat minim terhadap karya tulis. Menulis tidak memperoleh apa-apa selain membuang waktu dan energi. Persepsi khalayak seperti itu bukan tanpa aslasan. Sebab dari munulis, secara materi apa yang diperoleh tak sebanding dengan keringat yang keluar. Itu gambaran keadaan dunia tulis menulis di negeri ini. Tidak ada penghargaan yang setimpal untuk para penulis.  Bangsa kita belum bisa menghargai karya ilmiah seperti menulis. Maka tak heran jika sedikit orang yang bercita-cita menjadi penulis. Hanya mereka yang memiliki idealisme tinggi yang mau menulis. Solusi Untuk membangun budaya literasi, menurut hemat saya, beberapa langkah bisa dilakukan oleh kita semua. Pertama, menumbuhkan minat baca sedini mungkin. Minat membaca diimulai dari keluarga. Orang tua wajib mendorong putra-putrinya untuk membaca banyak buku. Tak cukup itu, mereka seyogyanya memberi contoh. Mereka kudu  terlebih dahulu membiasakan membaca. Mereka dapat menciptakan lingkungan yang mendukung menumbuhkan minat baca seperti ruang baca dengan buku bacaan. Sebab itu, membeli buku dijadikan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dalam setiap bulannya. Menyisihkan uang bulanan untuk tujuan di atas menjadi pilihan orang tua bijak dalam  membangun budaya literasi. Kemudian, sekolah memiliki peran penting. Di sekolah, anak-anak kudu dibiasakan membaca. Guru memberi teladan. Mereka menanmkan kepada peserta didik kecintaan terhadap buku. Perpustakaan sekolah (diupayakan ada) sepantasnya dikelola dengan baik. Sehingga perpustakaan sekolah menjadi menarik untuk dikunjungi. Di sekolah, budaya tulis menulis dimulai. Peserta didik diajari menulis. Dalam setiap pembelajaran, guru dapat menyisipkan kegiatan menulis atau mengarang. Osis dilatih mengelola majalah dingding. Lebih jauh, pelajar SLTP atau SLTA dapat dipacuh untuk menerbitkan buletin, jurnal  atau lain. Kedua, subsidi buku. Di beberapa negara maju, pemebelian buku memperoleh subsidi dari pemerintah. Seabagai nagara berkembang yang mengejar ketertinggalan di berbagai sektor, tak salah bila Pemerintah Indonesia mengusahakan hal tersebut. Subsidi akan membantu masyarakat dalam memiliki serta membaca buku. Ini terlihat mustahil. Tapi selagi ada usaha dari semua pihak, saya  yakin tidak ada yang mustahil. Ketiga mengoptimalkan peran perpustakaan daerah. Keberadaan perpustakaan daerah selama ini belum menunjukkan perannya dalam masyarakat. Keberadaanya antara ada dan tiada. Ini terkait dengan pengelolaan dan pelayanan belum maksimal. Koleksi buku perlu ditambah. Perpustakaan daerah diupayakan membuat terobosan dengan kegiatan menarik seperti lomba menulis, lomba baca puisi, atau lainnya. Saya juga melihat sosialisasi masih kurang. Ke depan perpustakaan daerah diminta menjadi lokomotif  minat baca masyaraat. Ini  sebuah tantangan berat sekaligus tanggung jawab  dalam upaya menamkan budaya membaca dan menulis. Keempat, menghargai karya tulis. Bangsa ini musti belajar mennghargai karya orang lain. Dan karya tulis sepatutnya memperoleh tempat khusus, melebihi karya lain. Pemerintah dituntut memilki perhatian khusus pada para penulis. Pemerintah harus mendorong kegiatan penulisan juga penelitian. Akhir kata, budaya literasi bangsa kita harus bangkit. Kita tak boleh terpuruk. Bangun budaya membaca dan menulis dari keluarga. Kemudian sekolah seyogyanya mengambil peran penting menyiapakan generasi gemar baca dan menulis. Tak tertinggal, pemerintah harus sudah mulai berhitung, kapan bisa mensubsidi  buku untuk rakyat. Wa Allahu Alam      Amirudin Mahmud /amirudinmahmud TERVERIFIKASI Membaca, Mengajar, Menulis Blog. http://amirudinmahmud.blogspot.com/

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/amirudinmahmud/membangun-budaya-literasi_570261c7a623bd58094c29f9

Mengantar Hari Pertama Sekolah





Libur telah usai, tahun ajaran baru sebentar lagi dimulai. Biasanya rutinitas orangtua saat menyambut datangnya tahun ajaran baru adalah mempersiapkan perlengkapan sekolah anak. Namun, satu hal penting yang sering dilupakan adalah menyisihkan waktu untuk mengantar anak ke sekolah di hari pertama tahun ajaran baru.
Psikolog anak dan keluarga, Dr. Rose Mini Agoes Salim, M.Psi. atau yang biasa disapa Dr. Romi, mengatakan bahwa kegiatan mengantar anak dihari pertama masuk sekolah dapat menjadi jembatan antara orangtua dan sekolah.

"Mengantar anak pada hari pertama sekolah bisa menjadi jembatan antara orangtua dan sekolah. Karena anak nantinya banyak menghabiskan waktu di sekolah. Jadi sebaiknya orangtua ikut mengenal lingkungan sekolah anak," ujar Dr. Romi saat dihubungiVIVA.co.id, Rabu, 13 Juli 2016.
Selain ajang perkenalan bagi orangtua dengan sekolah baru buah hatinya, Romi juga mengatakan akan ada banyak informasi yang harus diketahui orangtua saat mengantar anaknya ke sekolah di hari pertama ajaran baru.
"Saat tahun ajaran baru, biasanya banyak informasi yang diberikan oleh sekolah. Misalnya, bagaimana program sekolah selama tahun ajaran berlangsung, Orangtua harus tahu tentang itu.  Selain itu, yang terpenting juga orangtua harus tahu tentang tata tertib sekolah," ujar Romi.
Hal lain yang tidak kalah penting untuk diketahui orangtua saat mengantar buah hatinya di hari pertama masuk sekolah adalah bagaimana menjalin koneksi antara sekolah, guru, dan orangtua murid.
"Selama tahun ajaran berlangsung, tentunya akan ada banyak hal yang harus diketahui orangtua, karena itu penting sekali menjalin hubungan dengan guru dan sekolah juga badan persatuan orangtua murid. Misalnya, media apa yang akan digunakan nanti untuk berkomunikasi, apakah dengan WhatsApp atau mailing list," tuturnya.
Pentingnya aktivitas mengantar anak saat hari pertama masuk sekolah ini juga disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan.  Dalam rangka menyambut tahun ajaran baru, Anies Baswedan, mengimbau seluruh orang tua untuk mengantarkan anak di hari pertama sekolah.
Dikutip dari sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id, Senin, 11 Juli 2016, Anies mengatakan bahwa keterlibatan orangtua sangat penting dalam mendampingi anak di hari pertama sekolah, karena dapat membangun hubungan positif antara lingkungan pendidikan di rumah dan di sekolah.
”Mengantarkan anak ke sekolah adalah kesempatan membangun hubungan positif antara lingkungan pendidikan di rumah dan sekolah. Mengantar bukan sekadar sampai sampai gerbang sekolah lantas pergi. Mengantar berarti menemani dan membangun interaksi dengan guru dan orangtua murid lainnya,” ujar Anies. (ase)
sumber : VIVA.co.id – 

Test Kemampuan Awal Siswa Kelas VII Tahun Pelajaran 2016/2017

Peserta didik merupakan sumber daya utama dan terpenting dalam proses pendidikan. Peserta didik bisa belajar tanpa guru. Sebaliknya, guru tidak bisa mengajar tanpa peserta didik. Karenanya kehadiran peserta didik menjadi keniscayaan dalam proses pendidikan formal atau pendidikan yang dilambangkan dengan menuntut interaksi antara pendidik dan peserta didik.[1]

Kemampuan awal (Entry Behavior) adalah kemampuan yang telah diperoleh siswa sebelum dia memperoleh kemampuan terminal tertentu yang baru. Kemampuan awal menunjukkan status pengetahuan dan keterampilan siswa sekarang untuk menuju ke status yang akan datang yang diinginkan guru agar tercapai oleh siswa. Dengan kemampuan ini dapat ditentukan dari mana pengajaran harus dimulai. Kemampuan terminal merupakan arah tujuan pengajaran diakhiri. Jadi, pengajaran berlangsung dari kemampuan awal sampai ke kemampuan terminal itulah yang menjadi tanggung jawab pengajar.[2]

Secara kodrati, manusia memiliki potensi dasar yang secara esensial membedakan manusia dengan hewan, yaitu pikiran, perasaan, dan kehendak. Sekalipun demikian, potensi dasar yang dimilikinya itu tidaklah sama bagi masing-masing manusia.[3] Terdapat keunikan-keunikan yang ada pada diri manusia. Pertama, manusia berbeda dengan makhluk lain, seperti binatang ataupun tumbuhan. Perbedaan tersebut karena kondisi psikologisnya. Kedua, baik secara fisiologis maupun psikologis manusia bukanlah makhluk yang statis, akan tetapi makhluk yang dinamis, makhluk yang mengalami perkembangan dan perubahan. Ia berkembang khususnya secara fisik dari mulai ketidakmampuan dan kelemahan yang dalam segala aspek kehidupannya membutuhkan bantuan orang lain, secara perlahan berkembang menjadi manusia yang mandiri. Ketiga, dalam setiap perkembangannya manusia memiliki karakter yang berbeda.[4]

Esensinya tidak ada peserta didik di muka bumi ini benar-benar sama. Hal ini bermakna bahwa masing-masing peserta didik memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik peserta didik adalah totalitas kemampuan dan perilaku yang ada pada pribadi mereka sebagai hasil dari interaksi antara pembawaan dengan lingkungan sosialnya, sehingga menentukan pola aktivitasnya dalam mewujudkan harapan dan meraih cita-cita. Karena itu, upaya memahami perkembangan peserta didik harus dikaitkan atau disesuaikan dengan karakteristik siswa itu sendiri. Utamanya, pemahaman peserta didik bersifat individual, meski pemahaman atas karakteristik dominan mereka ketika berada di dalam kelompok juga menjadi penting. Ada empat hal dominan dari karakteristik siswa.

a. Kemampuan dasar seperti kemampuan kognitif atau intelektual.
b. Latar belakang kultural lokal, status sosial, status ekonomi, agama dll.
c. Perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat, dll
d. Cita-cita, pandangan ke depan, keyakinan diri, daya tahan,dll [5]

Halal Bi Halal Keluarga SMP N 1 Kalikajar

Halal-bihalal dan Toleransi Beragama




Idul Fitri memiliki arti kembali kepada kesucian, atau kembali ke asal kejadian. Idul Fitri diambil dari bahasa Arab, yaitu fithrah, berarti suci. Kelahiran seorang manusia, dalam kaca Islam, tidak dibebani dosa apapun. Kelahiran seorang anak, masih dalam pandangan Islam, diibaratkan secarik kertas putih. Kelak, orang tuanya lah yang akan mengarahkan kertas putih itu membentuk dirinya. Dan dalam kenyataannya, perjalanan hidup manusia senantiasa tidak bisa luput dari dosa. Karena itu, perlu upaya mengembalikan kembali pada kondisi sebagaimana asalnya. Itulah makna Idul Fitri.
Idul Fitri memiliki arti kembali kepada kesucian, atau kembali ke asal kejadian. Idul Fitri diambil dari bahasa Arab, yaitu fithrah, berarti suci. Kelahiran seorang manusia, dalam kaca Islam, tidak dibebani dosa apapun. Kelahiran seorang anak, masih dalam pandangan Islam, diibaratkan secarik kertas putih. Kelak, orang tuanya lah yang akan mengarahkan kertas putih itu membentuk dirinya.
Dan dalam kenyataannya, perjalanan hidup manusia senantiasa tidak bisa luput dari dosa. Karena itu, perlu upaya mengembalikan kembali pada kondisi sebagaimana asalnya. Itulah makna Idul Fitri. Dosa yang paling sering dilakukan manusia adalah kesalahan terhadap sesamanya. Seorang manusia dapat memiliki rasa permusuhan, pertikaian, dan saling menyakiti. Idul Fitri merupakan momen penting untuk saling memaafkan, baik secara individu maupun kelompok.
Budaya saling memaafkan ini lebih populer disebut halal-bihalal. Fenomena ini adalah fenomena yang terjadi di Tanah Air, dan telah menjadi tradisi di negara-negara rumpun Melayu. Ini adalah refleksi ajaran Islam yang menekankan sikap persaudaraan, persatuan, dan saling memberi kasih sayang.
Dalam pengertian yang lebih luas, halal-bihalal adalah acara maaf-memaafkan pada hari Lebaran. Keberadaan Lebaran adalah suatu pesta kemenangan umat Islam yang selama bulan Ramadhan telah berhasil melawan berbagai nafsu hewani. Dalam konteks sempit, pesta kemenangan Lebaran ini diperuntukkan bagi umat Islam yang telah berpuasa, dan mereka yang dengan dilandasi iman.
Menurut Dr. Quraish Shihab, halal-bihalal merupakan kata majemuk dari dua kata bahasa Arab halala yang diapit dengan satu kata penghubung ba (dibaca: bi) (Shihab, 1992: 317). Meskipun kata ini berasal dari bahasa Arab, sejauh yang saya ketahui, masyarakat Arab sendiri tidak akan memahami arti halal-bihalal yang merupakan hasil kreativitas bangsa Melayu. Halal-bihalal, tidak lain, adalah hasil pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat Asia Tenggara. Halal-bihalal merupakan tradisi khas dan unik bangsa ini.
Kata halal memiliki dua makna. Pertama, memiliki arti 'diperkenankan'. Dalam pengertian pertama ini, kata halal adalah lawan dari kata haram. Kedua, berarti ‘baik’. Dalam pengertian kedua, kata ‘halal’ terkait dengan status kelayakan sebuah makanan. Dalam pengertian terakhir selalu dikaitkan dengan kata thayyib (baik). Akan tetapi, tidak semua yang halal selalu berarti baik. Ambil contoh, misalnya talak (Arab: Thalaq; arti: cerai), seperti ditegaskan Rasulullah SAW: Talak adalah halal, namun sangat dibenci (berarti tidak baik). Jadi, dalam hal ini, ukuran halal yang patut dijadikan pedoman, selain makna ‘diperkenankan’, adalah yang baik dan yang menyenangkan. Sebagai sebuah tradisi khas masyarakat Melayu, apakah halal-bihalal memiliki landasan teologis? Dalam Al Qur’an, (Ali 'Imron: 134-135) diperintahkan, bagi seorang Muslim yang bertakwa bila melakukan kesalahan, paling tidak harus menyadari perbuatannya lalu memohon ampun atas kesalahannya dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi, mampu menahan amarah dan memaafkan dan berbuat kebajikan terhadap orang lain.
Dari ayat ini, selain berisi ajakan untuk saling maaf-memaafkan, halal-bihalal juga dapat diartikan sebagai hubungan antar manusia untuk saling berinteraksi melalui aktivitas yang tidak dilarang serta mengandung sesuatu yang baik dan menyenangkan. Atau bisa dikatakan, bahwa setiap orang dituntut untuk tidak melakukan sesuatu apa pun kecuali yang baik dan menyenangkan. Lebih luas lagi, berhalal-bihalal, semestinya tidak semata-mata dengan memaafkan yang biasanya hanya melalui lisan atau kartu ucapan selamat, tetapi harus diikuti perbuatan yang baik dan menyenangkan bagi orang lain.
Dan perintah untuk saling memaafkan dan berbuat baik kepada orang lain seharusnya tidak semata-mata dilakukan saat Lebaran. Akan tetapi, harus berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari. Halal-bihalal yang merupakan tradisi khas rumpun bangsa tersebut merefleksikan bahwa Islam di negara-negara tersebut sejak awal adalah agama toleran, yang mengedepankan pendekatan hidup rukun dengan semua agama. Perbedaan agama bukanlah tanda untuk saling memusuhi dan mencurigai, tetapi hanyalah sebagai sarana untuk saling berlomba-lomba dalam kebajikan.
Ini sesuai dengan Firman Allah, â€Å“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam) berbuat kebaikan". (Q.S. 2:148). Titik tekan ayat di atas adalah pada berbuat kebaikan dan perilaku berorientasi nilai. Perilaku semacam ini akan mentransformasi dunia menjadi sebuah surga. Firman Allah (SWT), â€Å“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang yang meminta-minta ; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat ; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila dia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, benar (imannya) ; dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa". (Q.S. 2:177)
Berangkat dari makna halal-bihalal seperti tersebut di atas, pesan universal Islam untuk selalu berbuat baik, memaafkan orang lain dan saling berbagi kasih sayang hendaknya tetap menjadi warna masyarakat Muslim Indonesia dan di negara-negara rumpun Melayu lainnya. Akhirnya, Islam di wilayah ini adalah Islam rahmatan lil ‘alamiin.
Wallau a̢۪lam.
Rizqon Khamami,
Mahasiswa Pasca Sarjana Jamia Millia Islamia (JMI) New Delhi, India.
sumber : http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&view=article&id=557:halal-bihalal-dan-toleransi-beragama&catid=4&Itemid=101

Masa Orientasi Peserta Didik Baru ( MOPDB )

Sahabat Edukasi yang sedang berbahagia...

Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami.

Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Dinamika berati interaksi atau interdependensi antara kelompok satu dengan yang lain, sedangkan Kelompok adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan bersama.

Fungsi dari dinamika kelompok itu antara lain:

1.   Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi suatu permasalahan.

2.   Memudahkan pekerjaan.

3.   Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga seleseai lebih cepat, efektif dan efisien. Salah satunya dengan membagi pekerjaan besar sesuai bagian kelompoknya masing-masing atau sesuai keahlian.

4.   Menciptakan iklim demokratis yang memungkinkan setiap individu dapat memberikan masukan, berinteraksi, dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat.

Untuk melihat contoh-contoh Permainan (Game) Seru dan Simulasi Dinamika Kelompok Untuk Materi MOS / MOPD Baru silahkan klik di sini... 

Materi MOS (Masa Orientasi Siswa) :

1.  Materi Wajib :

f.    Kepramukaan.
g.   Pembinaan Mental Keagamaan.
h.  Untuk SD, hari pertama masuk diisi pengenalan lingkungan sekolah, cara belajar, dan penanaman pembentukan karakter dalam rangka mempertebal semangat nasionalisme, salah satunya dalam bentuk menghafal lagu-lagu wajib/perjuangan.

2.  Materi Pilihan :

b.   Sosialisasi Dampak Merokok;
c.   Sosialisasi Dampak Narkoba, HIV dan AID’S;
f.    Lomba Kreatifitas Bidang Seni;
g.   Lomba Kreatifitas Bidang Olahraga;
h.   Leadership (Kepemimpinan);
i.    Perkenalan dengan kakak kelas/guru/karyawan;
j.    Kegiatan sosial / mengunjungi ke panti asuhan / panti jompo / panti rehabilitasi sosial, dan bakti sosial;
k.   Pengenalan Kegiatan Ekstrakurikuler;
l.    Lain-lain (sesuai dengan kondisi sekolah).
sumber :http://www.salamedukasi.com/2014/07/dinamika-kelompok-materi-mos-mopd-baru.html